It is a long long journey until I get to this blog again. Sungguh perjalanan yang amat sangat panjang hingga akhirnya memutuskan untuk kembali nge-blog. Hanya alasan saja sebenarnya, karena kesibukan yang tak pernah jelas ujungnya dan juga berbagai hal mengejutkan terjadi sepanjang tahun 2018 hingga pertengahan tahun 2019 ini akhirnya memutuskan untuk kembali mengunjungi blog yang tidak terawat.
Berawal dari permintaan teman untuk meresensi kumpulan cerpen yang ia tulis, akhirnya aku memberanikan diri melihat kembali apa isi dari tulisan sampah disini. Anyway, semoga tulisan kali ini juga tidak termasuk dalam salah satu tulisan sampah. Perhatian, ini resensi buku kumpulan cerpen. review buku dari sudut pandang aku sebagai pembaca, penikmat sastra Indonesia yang masih sangat awam.
***
|
source: Foto Pribadi milik Siti Hajar dari blog Kompasiana |
Judul : Menyudahi Kabair
Penulis : Sayyidati Hajar
Penerbit : IRGSC Publisher
Tahun Terbit : 2019 cetakan pertama
Tebal Buku : 100 Halaman
Menyudahi Kabair, buku kumpulan cerpen pertama yang ditulis oleh Sayyidati Hajar atau lebih dikenal dengan Siti Hajar. Seorang perempuan cerdas dengan mimpinya memperkenalkan Timor ke banyak orang kini terwujud dengan adanya buku kumpulan cerpen ini. "Selamat menikmati Timor dalam Cerita"- begitulah kalimat yang ia tuliskan untukku sebagai pengantar perkenalan cerita-cerita menarik didalam buku ini. Dan aku pun setuju dengan kalimat tersebut, tentang Timor dan segala mitosnya berhasil dituangkan dengan cerdas dan menggemaskan dalam buku ini.
Kita mulai dari judul, Menyudahi Kabair, salah satu cerita didalam bukunya yang ia pilih menjadi judul buku ini adalah juga tentang Timor. Jujur, pertama kali membaca judul ini aku juga bertanya-tanya apa itu 'kabair'. maklum, dengan pemahamanku yang masih sangat sedikit tentang kosakata dalam bahasa Indonesia, akhirnya tahu kalau kabair artinya adalah dosa besar.
Lewat buku ini, Hajar ingin menggambarkan tentang "Timor" pada umumnya, dan "perempuan Timor" pada khususnya. Kenapa? karena hampir keseluruhan cerita ini tokoh utama nya adalah seorang perempuan. Perempuan Timor. Perempuan yang berjuang dengan segala kisah tentang adat, keluarga, kisah cinta, persahabatan, mitos-mitos, perjuangan, pergolakan batin dan kehidupan sehari-hari.
Pernah kubilang pada Hajar, cara kamu menulis cerpen itu menggemaskan. Gantung. Akhir cerita yang membuat orang penasaran. dan aku paling gemas sama akhir cerita yang menggantung. Dan yang lebih menggemaskan lagi, hampir semua cerita dalam buku ini semuanya menggantung. Gimana gak gemess coba. Tapi disitulah letak estetik nya. Jadi menunggu-nunggu kelanjutan ceritanya, sampai-sampai memaksa penulisnya untuk segera melanjutkannya menjadi novel.
Cerpen favoritku ada dua, Atois dan Suara-suara duka dan Nete Noebunu. Dua cerita tentang Timor dan perempuan dengan kisah tentang keluarga dan persahabatan. Kujadikan cerita favorit karena yang pertama, Atois dan suara-suara duka itu adalah cerita yang sebenarnya sangat lekat dengan kehidupan kami sebagai orang yang tinggal di Pulau Timor. Ada tokoh tentang tukang urut yang melegenda yang seolah-olah serba tahu semua letak tulang-tulang manusia hingga melebihi kecanggihan medis. Cerita kedua yaitu tentang persahabatan dalam cerita Nete Noebunu yang artinya jembatan Noebunu. Kisah tentang cinta dan persahabatan antara Sem dan Ann yang menyedihkan. Dua cerita ini yang 'kupaksakan' kepada penulis untuk dilanjutkan menjadi novel, atau paling tidak dibuat kelanjutan ceritanya.
Penulis adalah salah satu dosen Bahasa dan Sastra Indonesia tentu tidak perlu dikomentari tentang pemilihan bahasa yang begitu apik digambarkan disini. apalah aku yang pemahamannya masih jauh dari sempurna ini. Karena ini cerita tentang Timor, maka banyak bahasa daerah Timor atau bahasa Dawan yang bisa kalian temukan dalam cerita-cerita beliau. Eitts, tenang ada keterangan tentang artinya kok.
Semoga dibuku-buku selanjutnya nanti, Hajar tidak hanya bercerita tentang perempuan. Semoga ada tokoh lain yang lebih menantang tentunya. Oh satu lagi, disarankan tidak membaca buku ini sendirian dan tengah malam ya, karena buat orang penakut macam aku ini bisa langsung membayangkan mitos-mitos yang ada dalam cerpen-cerpennya. Agak serem sih sebenarnya. Apalagi kalau kamu tahu dan kenal dengan mitos-mitos tersebut. hehehe
Terakhir, sukses buat bukunya dek. Selamat sekali lagi. Aku salah satu yang masih ingin menikmati Timor dalam cerita dalam versi yang lebih panjang. terus semangat menulis ya. Ditunggu buku selanjutnya.